Kaidah Aqidah
Untuk lebih memahami bagaimana fitrah dan akal
berperan dalam menerima masalah aqidah, berikut adalah uraian secara ringkas
beberapa kaidah aqidah yang diambil dari buku “Ta’rif Am bi Dinil Islam, fasal Qaqaa’idul ‘Aqaid dari Syeikh Ali Thanthawi:
1. Semua hal yang ditangkap oleh alat indra kita, kita yakini keberadaannya
atau kebenarannya. Kecuali bila akal kita menafsirkan sebaliknya berdasarkan
pengalaman atau pengetahuan yang telah kita dapatkan mengenai kebenaran hal
itu.
Contohnya, saat kita melihat pohon-pohon
dari jendela kereta yang berjalan maka seolah-olah pohon-pohon di luar kereta
bergerak. Hal ini karena otak kita menafsirkan demikian. Namun, setelah kita
mengetahui bahwa yang bergerak adalah kereta dan bukan pohon-pohon diluar maka
selanjutnya otak kita akan menafsirkan bahwa pohon-pohon tidk bergerak.
2. Keyakinan juga dapat diperoleh dari berita yang dibawa oleh si pembawa
berita yang diyakini akan kejujurannya.
Banyak hal yang kita ketahui hanya
berdasarkan cerita orang lain tanpa kita harus mengalaminya sendiri. Contoh
kita dapat mengetahui bahwa kutub utara itu dingin dan bersalju hanya dengan
membaca, melihat foto, dan menonton video tanpa harus datang langsung mengalami
ke kutub utara. Begitu cerit-cerita sejarah jaman dahulu. Kita dapat
mengetahuinya hanya dari cerita-cerita sejarawan yang kita yakini
kredibelitasnya dalam ilmu sejarah.
3. Sesorang tidak berhak memungkiri wujud sesuatu, hanya karena alat inderanya
tidak dapat menjangkaunya.
Contoh, kita tidak berhak memungkiri
bahwa di permukaan kulit kita hidup banyak bakteri. Mata kita tidak dapat
melihanya secara langsung. Harus menggunakan alat bantu berupa mikroskop. Nah,
kita tidak berhak memungkiri bahwa tidak ada bakteri di kulit kita saat kita
melihatnya dengan mata telanjang.
4. Seseorang hanya bisa mengkhayalkan tentang sesuatu hal yang sudah pernah
dijangkau oleh alat inderanya.
Manusia tidak akan bisa mengkhayal
sesuatu yang belum pernah dilihat/didengar/diransakannya. Walaupun khayalan
fiktif, pasti khayalan itu terbentuk dari unsur-unsur yang pernah
dilihat/didengarkan/dirasakan sebelumnya. Contoh ketika kita membayangkan
kecantikan seseorang pasti kita menggabungkan hal-hal yang bersifat cantik yang
pernah kita lihat.
5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu.
Akal hanya bisa menjelaskan kapan dan
dimana terjadinya suatu peristiwa hanya jika peristiwa itu terjadi terlebih
dahulu.
6. Iman adalah fitrah setiap manusia.
Pada saat seseorang, sorang atheis pun,
dalam keadaan kritis dalam menghadapi permasalahan hidup, fitrahnya akan
menuntun dia untuk meminta pertolongan kepada suatu Zat Yang Masa Besar, Tuhan.
7. Kepuasan material di dunia sangat terbatas.
Manusia tidak akan pernah puas dengan
materi. Jika sudah punya sepeda, ingin sepeda motor, Jika sudah punya sepeda
motor ingin mobil. Begitu seterusnya.
8. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan
tentang adanya Allah
Allah Maha Adil. Semua perbuatan manusia
pasti akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah. Kalau tidak ada hari
akhir (akhirat), bisakah kita merasa keadilan Allah terlaksana hanya di dunia?
No comments:
Post a Comment